A.
Pembahasan
Umum

![]() |
Penjadwalan merupakan pengauran jumlah dan tipe produksi yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Selain itu, penjadwalan juga berhubungan dengan penggunaan fasilitas dan bahan material untuk pelaksanaan produksi (Komarudin, 2013). Penjadwalan produksi dapat diartikan sebagai pengalokasian sumber daya untuk mengerjakan operasi-operasi tertentu dengan tujuan memperoleh jadwal produksi yang optimal. Dalam penjadwalan produksi yang dimaksud sebagai operasi adalah job, sedangkan yang dimaksud dengan sumberdaya adalah mesin. Sehingga pemasalahan penjadwalan produksi dapat diartikan sebagai proses mengurutka job-job pada mesin-mesin yang berbeda dalam suatu unit produksi untuk mencapai kondisi yang optimal (Ponnambalam, 2001). Konsep penjadwalan job shop adalah menentukan waktu suatu operasi mulai dikerjakan dan mengalokasikan resource untuk mengerjakan operasi tersebut. Pada saat menjadwalkan suatu operasi selain menentukan kapan operasi tersebut mulai dikerjakan juga ditentukan resource mana yang dipakai oleh operasi tersebut (Oliveira, 2000).
CONTOH
TABEL JOB SHOP
Penjadwalan
produksi dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu penjadwalan flow shop
dan penjadwalan job shop. Penjadwalan flow shop adalah suatu usaha mengurutkan
n job yang diproses dalam setiap m mesin dimana urutan mesin pada setiap job
sama dan tetap. Serupa dengan flowshop. Penjadwalan job shop mengurutkan n job
yang diproses dalam setiap m mesin tetapi masing-masing
job dapat mempunyaiurutan mesin
yang berbeda (Laha, 2008). Penjadwalan
jobshop adalah penjadwalan beberapa pekerjaan dimana urutan prosess operasi/
produksi suatu pekerjaan urutan proses operasi/ produksi pekerjaan lainnya.
Konsep penjadwalan jobshop adalah menentukan waktu suatu produksi mulai
dikerjakan dan mengalokasikan resource/ mesin/ tim pekerja untuk mengerjakan
produksi tersebut. Penjadwalan jobshop menggunakan m mesin yang mengerjakan
satu pekerjaan dalam satu waktu. Penjadwalan ini menentukan waktu dimulainya
suatu produksi dan mengalokasikan resource/ mesin/ tim pekerja untuk
menyelesaikan produksi tersebut. Sedangkan penjadwalan flowshop adalah
penjadwalan beberapa pekerjaan dimana semua pekerjaan tersebut harus melalui urutan
operasi/ proses produksi yang sama. Pada penjadwalan ini operator dari suatu
job hanya bergerak satu arah yaitu proses dari awal sampai proses akhir.
Penjadwalan flowshop adalah proses penentuan urutan pengerjaan yang memiliki
lintasan produk yang sama. Penjadawalan flowshop hanya dikenal metode n jobs m
serial machines yaitu menggunakan m mesin untuk menyelesaikan n pekerjaa dengan
urutan yang sama. Penjadwalan jobshop dan flowshop memiliki ciri-ciri atau
karakteristik yang sendiri-sendiri. Pada penjadwalan jobshop antara lain
memiliki variasi produk yang banyak, urutan proses operasi suatupekerjaan bisa
berbeda dengan pekerjaan lainnya sehingga bersifat fleksibel, penjadwalan
menggunakan metode ini susah karena banyaknya variasi aliran kerja, mesin biasanya
tersusun paralel. Sedangkan pada penjadwalan flowshop memiliki karakteristik
antara lain memiliki volume produksi yang besar tetapi variasi produk yang
sedikit, semua pekerjaan harus melalui urutan proses operasi yang sama dan urut
sehingga mesin tersusun seri, mudah untuk penjadwalan karena aliran kerja
berurutan.

Didalam
penjadwalan jobshop memiliki beberapa metode antara lain:
1.
First
Come First Served (FCFS)= metode ini mengerjakan pekerjaan/ job yang datang
paling awal pada suatu stasiun kerja terlebih dahulu. Kelebihan metode ini
adalah metodenya mudah dilakukan dan
mengacu pada waktu datangnya barang pada stasiun
kerja tersebut, sehingga teknis pengerjaannya mudah dipahami.

2.
Earliest
Due Date (EDD) = metode ini mengacu pada pekerjaan/ job yang memiliki waktu
deadline/ due date terdekat dikerjakan terlebih dahulu. Metode ini memiliki
kelebihan yaitu keterlambatannya yang minimal dan dapat menghasilkan produknya
sesuai waktu yang diharapkan, namun biasanya pada metode ini memiliki tardiness
yang besar karena terkadang pekerjaan selesai jauh-jauh hari sebelum deadline.
Metode ini meminimasi maximum lateness pada satu mesin, meminimasi average
tardiness pada 1 mesin jika penjadwalannya hanya menghasilkan 0 atau 1 operasi/
proses yang terlambat.
3.
Shortest
Processing Time (SPT) = pekerjaan/ job yang mempunyai waktu proses terpendek
dilaksanakan terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan waiting time yang pendek
untuk setiap proses dan karena hal tersebut maka waiting time rata-ratanya juga
menjadi pendek, sehingga dapat dikatakan bahwa algoritma ini adalah algoritma
yang optimal. Metode ini juga meminimasi average flow time pada 1 mesin,
meminimasi average lateness pada 1 mesin, meminimasi average tardiness pada 1
mesin jika semua operasi/ proses mempunyai due date yang sama atau semua hasil
penjadwalannya terlambat (tardy).
1.
Last
Come First Served (LCFS) = pekerjaan atau job yang datang paling akhir
dikerjakan terlebih dahulu. Kelebihan dari metode ini adalah memudahkan
pekerjaan saat pengangkutan barang dari suatu lokasi ke lokasi lainnya. Kita
dapat mengerjakan pemindahan barang yang berada di dekat pintu truck terlebih
dahulu untuk dimasukkan ke dalam gudang.
2.
Random
Schedule (RS) = pekerjaan dikerjakan secara acak tanpa adanya urutan. Kelebihan
metode ini adalah dapat diterapkan sesuka hati mana yang mau dikerjakan
terlebih dahulu dan mana yang ditunda terlebih dahulu, tidak terikat due time
dan waktu kedatangan job.
3.
Slack Time Remaining (STR) = pekerjaan dengan slack
time yang terpendek dikerjakan terlebih dahulu. Kelebihan metode ini adalah
mempercepat waktu penyelesaian serangkaian proses produksi karena mendahulukan
pekerjaan yang memiliki slack time terpendek.

Penjadwalan
flowshop memiliki beberapa metode yaitu:
a. Metode
Johnson adalah metode yang diterapkan pada dua mesin
Metode Johnson
adalah metode penjadwalan sejumlah pekerjaan pada dua pusat kerja
berturut-turut. Tujuan utama dari Aturan Johnson adalah untuk menemukan urutan
yang optimal pekerjaan untuk mengurangi makespan (jumlah total waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan). Hal ini juga mengurangi jumlah
waktu idle antara dua pusat kerja.
Syarat dalam
menggunakan metode Johnson adalah:
1.
Waktu
untuk setiap pekerjaan harus konstan.
2.
Waktu
kerja harus saling eksklusif dari urutan pekerjaan.
3.
Semua
pekerjaan harus melalui pusat kerja terlebih dahulu sebelum melewati pusat
kerja kedua.
4.
Harus
tidak ada prioritas pekerjaan.
b. Metode Palmer
Heuristik adalah metode yang menempatkan urutan job-job berdasarkan suatu nilai
yang dinamakan āslope indexā. Masing- masing job memiliki nilai āslope indexā
tersendiri. Langkah- langkah perhitungan dengan menggunakan metode Palmer:
1.
Tampilkan
data waktu proses setiap job pada masing-masing mesin.
2.
![]() |
Buat suatu rumus untuk menghitung nilai āslope indexā masing-masing job, dengan memperhatikan jumlah m mesin pada kasus dengan cara penurunan rums heuristik palmer:

3.
Masukkan
data waktu proses yang dibutuhkan ke dalam rumus hasil pengolahan tersebut,
untuk mendapatkan nilai Sj masing-masing job.
4.
Urutkan
nilai Sj tersebut dari nilai terbesar ke terkecil. Job dengan slope index
terbesar mendapat urutan pengerjaan pertama, diakhiri dengan job terakhir
dengan nilai slope index terkecil.
5.
Dari
urutan-urutan pengerjaan yang diperoleh, hitung nilai makespan masing-masing
urutan.
6.
Pilih
urutan yang memiliki makespan paling minim dan nilai keterlambatan paling
rendah.
c. Metode Gupta
adalah penjadwalan pekerjaan yang bersifat flowshop dan menggunakan slope index
S(i) sebagai dasar penentuan penjadwalan dimana pekerjaan dengan slope index
S(i) yang lebih besar akan diprioritaskan.
Penjadwalan
flowshop yaitu penjadwalan proses produksi dari n-job yang memiliki urutan
proses produksi yang sama. Flowshop dikatakan fleksibel dalam pengertian sebuah
job dapat diproses pada mesin mana saja yang identik di tiap tahapnya. Seluruh
proses penjadwalan merupakan integrasi dari penetapan outer serta inner game,
dimana outer game terdiri dari job yang akan dijadwal di dalam sistem, dan
inner game terdiri dari job yang akan dijadwal ulang di dalam sistem. Hasil
dari uji coba sistem dengan data processing time yang berbeda menjelaskan,
bahwa minimum makespan yang dihasilkan oleh sistem dipengaruhi oleh jumlah job,
besar koefisien variasi dan lebar range dari data processing time. Perhitungan
akan selalu optimal untuk kondisi data processing time yang homogen, artinya
koefisien variasinya tidak lebih dari satu (Smith, 2001).
Tujuan
dari penjadwalan produksi yang baik dalam suatu peusahaan akan memiliki keuntungan:
(Nasution, 1999)
1.
Meningkatkan
penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu
proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat.
2.
Mengurangi persediaan barang
setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian
ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas lain.

Penjadwalan flowshop adalah suatu usaha mengurutkan n job
yang diproses dalam setiap mesin dimana urutan mesin pada setiap job sama dan
tetap. Serupa dengan flow shop, penjadwalan job shop mengurutkan n job pada
setiap mesin tetapi masing-masing job dapat mempunyai urutan mesin yang berbeda
(Laha, 2008). Masalah penjadwalan Job-Shop terdiri atas sebuah himpunan
pekerjaan J = {J1, J2,..., Jn} yang
harus dijadwalkan pada sebuah himpunan sumber daya atau mesin R. Setiap
pekerjaan Ji terdiri atas sekumpulan operasi terurut yang harus dilakukan,
yaitu Oi = {oi1, oi2, ..., oik} dengan k = |Oi| adalah banyaknya operasi pada
pekerjaan Ji. Kemudian setiap operasi oij menggunakan sebuah sumber daya yang
tunggal rijāR selama suatu
selang waktu tertentu. Lama waktu penggunaan sumber daya oleh operasi oij juga
diberikan sebagai input ketika pendefinisian masalah penjadwalan Job-Shop
tersebut, misalkan pij. Masalah penjadwalan Job-Shop kemudian didefinisikan
sebagai pencarian waktu pelepasan setiap operasi oij pada pekerjaan-pekerjaan yang
ada sehingga tidak terjadi konflik, yaitu penggunaan satu sumber daya oleh dua
operasi yang sama pada waktu yang sama juga (Dimyati, 1999).
Penjadwalan job shop
adalah penjadwalan beberapa pekerjaan dimana urutan proses operasi/ produksi
suatu pekerjaan biasa berbeda dengan urutan proses operasi/ produksi pekerjaan
yang lainnya. Pemilihan strategi produksi suatu perusahaan manufaktur, akan
mempengaruhi sistem perencanaan dan pengendalian produksi perusahaan manufaktur
itu sendiri. Penjadwalan flow shop adalah penjadwalan beberapa pekerjaan dimana
semua pekerjaan tersebut harus melalui urutan operasi/ proses produksi yang
sama. Aliran produksi job shop memiliki lingkup proses operasi yang sebelum
dikerjakan pada mesi terlebih dahulu dipilih job-job yang mempunyai
karakteristik yang sama, sehingga mempunyai sifat aliran produksi flow shop
(Saroyo, 2008).

Permasalahan
penjadwalan produksi flowshop antara lain memiliki asumsi-asumsi berikut ini:
(Ponnambalam, dkk. 2011):
1.
Tidak
ada dua operasi pada job yang sama yang berjalan secara simultan
2.
No
pre-emption, artinya setiap operasi pada suatu mesin harus dikerjakan sampai
selesai sebelum operasi lain terjadi pada mesin tersebut.
3.
No
cancellation, setiap job harus diproses sehingga selesai.
4.
Waktu
proses untuk setiap job pada setiap mesin selalu tetap. Setiap mesin hanya bisa diproses oleh satu job
dalam waktu yang sama
Jadi dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Penjadwalan
jobshop adalah penjadwalan beberapa pekerjaan dimana urutan proses operasi/ produksi
suatu pekerjaan bisa berbeda dengan urutan proses pekerjaan lainnya.
Penjadwalan flowshop adalah penjadwalan beberapa pekerjaan lainnya. Penjadwalan
beberapa pekerjaan dimana semua pekerjaan tersebut harus melalui urutan
operasi/ proses produksi yang sama.
2.
Penjadwalan
jobshop dan flowshop memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang
sendiri-sendiri:
a.
Karakteristik
penjadwalan jobshop antara lain: memiliki variasi produk yang banyak, urutan
proses operasi suatu pekerjaan bisa berbeda dengan pekerjaan lainnya sehingga
besifat fleksibel, penjadwalan menggunakan metode ini susah dikarenakan
banyaknya variasi aliran kerja, mesin biasanya tersusun paralel.
b.
Karakteristik penjadwalan flowshop memiliki
karakteristik sebagai antara lain : memiliki volume produksi yang besar tetapi
variasi produk yang sedikit, semua pekerjaan harus melalui urutan proses
operasi yang sama dan urut sehingga mesin tersusun seri, mudah untuk
penjadwalan karena aliran kerja berurutan.

B. Pembahasan
Khusus
Judul
Jurnal : PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT PRODUK TEMBAKAU
RAJANG P01 DAN P02 DI PT X
Nama
Pengarang : Itsna Aulia Octavianti, Nasir Widha
Setyanto, Ceria Farela Mada Tantrika
Program
Studi : Program Studi Teknik Industri
Fakultas : Fakultas Teknik
Universitas : Universitas Brawijaya
Yang
melatar belakangi dibuatnya jurnal ini adalah PT X merupakan salah satu
perusahaan penghasil tembakau rajang yang saat ini sedang berkembang dan
termasuk dalam salah satu pengusaha tembakau rajang terbesar di Indonesia. Dikarenakan fluktuasi permintaan inilah,
masalah utama yang dihadapi oleh PT X adalah sering terjadinya kelebihan atau
kekurangan produk. Kelebihan produk mengakibatkan terjadinya penumpukan di
gudang barang jadi yang berdampak pada besarnya biaya penyimpanan, sedangkan
kekurangan produk mengakibatkan tidak terpenuhinya permintaan konsumen yang ada
di pasar. Salah satu cara agar PT X
dapat menjalankan aktivitas produksinya seefisien dan semaksimal mungkin demi
terpenuhinya permintaan pasar adalah dengan menggunakan perencanaan produksi
yang tepat.
Tujuan
dilakukan penelitiannya adalah untuk mengetahui harga yang paling minimal untuk
masalah tadi, menggunakan Hybrid Strategy, Chase Strategy, dan Level Strategy.
Metode
yang dilakukan adalah menggunakan Hybrid Strategy, Chase Strategy, dan Level
Strategy.
Hasil
penelitian adalah, Sebelum dilakukan perencanaan produksi, terlebih dahulu
dilakukan peramalan untuk memperkirakan permintaan konsumen yang berfluktuatif.
Setelah dilakukan evaluasi biaya produksi antara perencanaan produksi awal
dengan perencanaan produksi menggunakan 3 strategi agregat, langkah selanjutnya
adalah melakukan perencanaan agregat dengan strategi terpilih untuk periode
Januari-Desember 2013. Perencanaan agregat untuk periode Januari-Desember 2013
terdiri dari empat fase, yaitu dijelaskan pada subbab-subbab selanjutnya. Dari
penelitian tentang perencanaan produksi agregat pada PT X didapatkan hasil
bahwa strategi terbaik untuk perencanaan produksi agregat periode
Januari-Desember 2013 adalah Hybrid Strategy sebesar Rp 34.309.781.219, Chase
Strategy dan Level Strategy yang membutuhkan biaya masing-masing sebesar Rp
34.363.613.539 dan Rp 34.498.749.113.
Dari
penelitian tentang perencanaan produksi agregat pada PT X didapatkan kesimpulan
bahwa strategi terbaik untuk perencanaan produksi agregat periode
Januari-Desember 2013 adalah Hybrid Strategy karena memberikan total biaya
produksi paling minimum sebesar Rp 34.309.781.219
Comments
Post a Comment