A.
Pengertian Statistik
Inferensial
Statistika Inferensial adalah serangkaian teknik yang digunakan untuk mengkaji, menaksir dan
mengambil kesimpulan berdasarkan data ynag diperoleh dari sempel untuk
menggambarkan karakteristik atau ciri dari suatu populasi. Oleh karena itu,
statistika inferensial disebut juga statistik
induktif atau statistik
penarikan kesimpulan. Dalam statistika inferensial, kesimpulan dapat
diambil setelah melakukan pengolahan serta penyajian data dari suatu sampel
yang diambil dari suatu populasi, sehingga agar dapat memberikan cerminan yang
mendekati sebenarnya dari suatu populasi, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam statistika inferensial, diantaranya:
1. Banyaknya subyek penelitian,
maksudnya jika populasi ada 1000, maka sampel yang diambil jangan hanya 5,
namun diusahakan lebih banyak, seperti 10 atau 50.
2. Keadaan penyebaran data. Dalam hal
ini perlu diperhatikan bahwa pengambilan sampel harus merata pada bagian
populasi. Diharapkan dalam pengambilan sampel dilakukan secara acak, sehingga
kemerataan dapat dimaksimalkan dan apapun kesimpulan yang didapat dapat
mencerminkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Statistika Inferensial dibagi menjadi dua, yaitu Statistika Parametrik dan
Statistika Non Parametrik.
1. Statistika parametrik terutama digunakan untuk menganalisa data
interval dan rasio, yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal
2. Statistika non-parametrik terutama digunakan untuk menganalisa data
nominal, dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi
Contoh dari statistika inferensial adalah pada pemilihan Ketua BEM Undiksha
tahun 2008. Dalam kegiatan ini, walaupun sistem pemilihannya dengan pemungutan
suara, tetapi tidak semua mahasiswa Undiksha yang diberikan untuk memilih, melainkan
hanya perwakilan dari masing-masing HMJ. Di sini telah dilakukan sampling,
yaitu pemilihan sampel (perwakilan HMJ), dari suatu populasi (seluruh mahasiswa
Undiksha). Dari hasil pemungutan suara dari masing-masing perwakilan HMJ, maka
data-data yang diperoleh digunakan sebagai acuan untuk membuat kesimpulan bahwa
hal itulah yang diinginkan oleh seluruh mahasiswa Undiksha walaupun jika
ditelaah mungkin saja tidak demikian.
Jadi dari uraian di atas tentang statistika inferensial menyajikan data
untuk mendapat kesimpulan terhadap obyek yang lebih luas, sehingga karena
inferensi tidak dapat secara mu
tlak pasti, perkataan probabilitas (kemungkinan) sering dinyatakan dalam
menyatakan kesimpulan.
Ada beberapa hal yang perlu uji diketahui berhubungan dengan inferensia
statistic, yaitu:
1.Estimasi
titik adalah menduga nilai inferensia parameter populasi
2.Estimasi
interval adalah menduga nilai populasi dalam bentuk interval
3.Uji
hipotesis adalah suatu proses unruk menentukan apakah dugaan tentang nilai
parameter / karakteristik populasi didukung kuat oleh data tentang sampel atau
tidak
Ada beberapa inferensia statistic yang
biasa digunakan, yaitu:
1.Inferensia
statistic mean populasi
a)Variansi
diketahui
Uji Hipotesis untuk
mean jika variansi diketahui atau dikenal juga sebagai uji z.
b)
Veriansi tidak
diketahui (dikenal dengan uji t)
1)
Tingkat signifikan α
2)
Hipotesis
3)
Statistic penguji
2.Inferensia
populasi, terdiri dari:
a)Inferensia
untuk satu sisi
b)
Inferensia untuk dua
sisi
3.Inferensia
dua rata – rata, terdiri dari:
a)Uji
rata – rata 2 populasi independent
b)
Uji rata – rata 2
populasi dependent
(sumber: mellanyonsi.upy.id/files/statpark/inferensia.pdf)
B.
Jelaskan
level of signifikan dan jenis-jenisnya
1.Pengertian
Level Of Signifikan
Istilah signifikan (significant) dalam bahasa
Inggris secara umum dikatakan penting. Dalam statistika, signifikan artinya berkemungkinan
atau berpeluang benar-benar ada, bukan benar karena secara kebetulan (not due
to chance). Taraf signifikan
dinyatakan dalam dua atau tiga desimal atau dalam percen.Tingkat
signifikansi (α) menunjukkan probabilitas atau peluang kesalahan yang ditetapkan
peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau mendukung hipotesis nol,
atau dapat diartikan juga sebagai tingkat kesalahan atau tingkat kekeliruan
yang ditolerir oleh peneliti, yang diakibatkan oleh kemungkinan adanya
kesalahan dalam pengambilan sampel (sampling error). Tingkat signifikansi
dinyatakan dalam persen dan dilambngkan dengan α. Dalam buku-buku statistika
tersedia daftar yang menunjukkan angka-angka (bilangan) tertentu pada taraf
signifikansi tertentu. Lazimnya berkaitan pula dengan jumlah sampelnya ada
berapa banyak. Angka-angka itu merupakan standar (patokan) untuk menentukan
apakah hasil penelitian (data penelitian) signifikan atau tidak. Angka itu
menunjukkan angka minimal yang harus dicapai oleh data dari penelitian agar disebut
berkorelasi secara signifikan (meyakinkan). Dalam contoh korelasi di
atas, korelasi antara kerajinan kuliah dan prestasi belajar itu,
signifikan (benar-benar meyakinkan bahwa benar) ataukah tidak.
2.Jenis-jenis
level of signifikan
Jenis-jenis
level of signifikan dibagi atas dua yaitu :
a. Tingkat
signifikansi α = 5%
Artinya,
keputusan peneliti untuk menolak atau mendukung hipotesis nol memiliki
probabilitas kesalahan sebesar 5% dan dengan kebenaran 95%.
b.Tingkat
signifikan α = 10%
Artinya,
keputusan peneliti untuk menolak atau mendukung hipotesis nol memiliki
probabilitas kesalahan sebesar 1% dan dengan kebenaran 99%.
Dalam bahasan
statistika istilah tingkat signifikansi (significance level) dan tingkat
kepercayaan (confidence level) dan sering digunakan. Tingkat signifikansi (α)
menunjukkan probabilitas atau peluang kesalahan yang ditetapkan peneliti dalam
mengambil keputusan untuk menolak atau mendukung hipotesis nol, atau dapat
diartikan juga sebagai tingkat kesalahan atau tingkat kekeliruan yang ditolerir
oleh peneliti, yang diakibatkan oleh kemungkinan adanya kesalahan dalam
pengambilan sampel (sampling error).
Tingkat signifikansi dinyatakan dalam
persen dan dilambngkan dengan α. Misalnya, ditetapkan tingkat signifikansi α =
5% atau α = 10%. Artinya, keputusan peneliti untuk menolak atau mendukung
hipotesis nol memiliki probabilitas kesalahan sebesar 5% atau 10%. Dalam
beberapa program statistik berbasis komputer, tingkat signifikansi selalu
disertakan dan ditulis sebagai Sig. (= significance), atau dalam program
komputer lainnya ditulis ρ-value. Nilai Sig atau ρ – value, seperti telah
diuraikan di atas, adalah nilai probabilitas kesalahan yang dihitung atau
menunjukkan tingkat probabilitas kesalahan yang sebenarnya. Tingkat kesalahan
ini digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam pengujian hipotesis.
Sementara tingkat kepercayaan pada
dasarnya menunjukkan tingkat keterpercayaan sejauhmana statistik sampel dapat
mengestimasi dengan benar parameter populasi dan/atau sejauhmana pengambilan
keputusan mengenai hasil uji hipotesis nol diyakini kebenarannya. Dalam
statistika, tingkat kepercayaan nilainya berkisar antara 0 sampai 100% dan
dilambangkan oleh 1 – α. Secara konvensional, para peneliti dalam ilmu-ilmu
sosial sering menetapkan tingkat kepercayaan berkisar antara 95% – 99%. Jika
dikatakan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, ini berarti tingkat
kepastian statistik sampel mengestimasi dengan benar parameter populasi adalah
95%, atau tingkat keyakinan untuk menolak atau mendukung hipotesis nol dengan
benar adalah 95%.
C.
Jelaskan
pengertian tingkat kepercayaan dan derajat ketelitian
Tingkat Kepercayaan
Tingkat kepercayaan
pada dasarnya menunjukkan tingkat keterpercayaan sejauhmana statistik sampel
dapat mengestimasi dengan benar parameter populasi dan/atau sejauhmana
pengambilan keputusan mengenai hasil uji hipotesis nol diyakini kebenarannya.
Dalam statistika, tingkat kepercayaan nilainya berkisar antara 0 sampai 100%
dan dilambangkan oleh 1 – α. Secara konvensional, para peneliti dalam ilmu-ilmu
sosial sering menetapkan tingkat kepercayaan berkisar antara 95% – 99%. Jika
dikatakan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, ini berarti tingkat
kepastian statistik sampel mengestimasi dengan benar parameter populasi adalah
95%, atau tingkat keyakinan untuk menolak atau mendukung hipotesis nol dengan
benar adalah 95%. tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur
bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi.
Derajat Ketelitian
Jadi, tingkat
ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur
memperbolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sebesar 10% dari
rata-rata sebenarnya dan kemungkinan mendapatkan hasil tersebut adalah
95%.Dengan kata lain jika pengukur sampai memperoleh rata-rata pengukuran yang
menyimpang lebih dari 10% seharusnya, hal ini dibolehkan terjadi hanya dengan
kemungkinan 5%.
Dengan rumus :
N’ =
Dengan
:
k = Tingkat keyakinan
k = 99% = 3
k = 95% = 2
s = Derajat ketelitian
N = Jumlah data pengamatan
N’ = Jumlah data teoritis
D.
Jelaskan
pengertian distribusi binomial , rumus, contoh soal, ciri ciri, prosedur !!
UJI
BINOMIAL DAN CONTOHNYA
Distribusi Binomial
adalah suatu distribusi probabilitas yang dapat digunakan bilamana suatu proses
sampling dapat diasumsikan sesuai dengan proses Bernoulli. Misalnya, dalam
perlemparan sekeping uang logam sebanyak 5 kali, hasil setiap ulangan mungkin
muncul sisi gambar atau sisi angka. Yang menghasilkan salah satu dari dua hasil
yang saling mutually exclusive, seperti sakit-sehat, hidup-mati, sukses-gagal
dan dilakukan pada percobaan yang saling independen, artinya hasil percobaan
satu tidak mempengaruhi hasil percobaan lainnya.
(Bisma Murti, 1996)
Uji binomial digunakan
untuk menguji hipotesis tentang suatu proporsi populasi. Data yang cocok untuk
melakukan pengujian adalah berbentuk nominal dengan dua kategori. Dalam hal ini
semua nilai pengamatan yang ada di dalam populasi akan masuk dalam klasifikasi
tersebut. Bila proporsi pengamatan yang masuk dalam kategori pertama adalah
“sukses” = p, maka proporsi yang masuk dalam kategori kedua ”gagal” adalah 1-p
= q. Uji binomial memungkinkan kita untuk menghitung peluang atau probabilitas
untuk memperoleh k objek dalam suatu kategori dan n-k objek dari kategori lain.
(Wahid Siulaiman,
2003)
Jika
jumlah kategori pertama (P) dari satu seri pengamatan dengan n sampel adalah k,
maka probabilitas untuk memperoleh P adalah:
k= jumlah objek berelemen”sukses” dari seri pengamatan berukuran n
Dengan
uji binomial, pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya adalah apakah
kita mempunyai alasan yang cukup kuat untuk mempercayai bahwa proporsi elemen
pada sampel kita sama dengan proporsi pada populasi asal sampel. Dalam prosedur
uji hipoesa, distribusi binomial kita gunakan sebagai acuan dalam menetapkan
besarnya probabiitas untuk memperoleh suatu nilai “kategori pertama” sebesar
yang teramati dan yang lebih ekstrim dari nilai itu, dari sebuah sampel yang berasal
dari populasi binomial.
http://statistik-kesehatan.blogspot.com/2011/04/uji-binomial.html
1.Prosedur Distribusi Binomial
Dalam
prosedur uji hipoesa, distribusi binomial kita gunakan sebagai acuan dalam
menetapkan besarnya probabiitas untuk memperoleh suatu nilai “kategori pertama”
sebesar yang teramati dan yang lebih ekstrim dari nilai itu, dari sebuah sampel
yang berasal dari populasi binomial.
Hipotesa dalam Uji Binomial
Dua sisi : Ho: p = po dan Ha: p ≠ po
Satu sisi : Ho: p <= po dan Ha: p > po
Hipotesa dalam Uji Binomial
Dua sisi : Ho: p = po dan Ha: p ≠ po
Satu sisi : Ho: p <= po dan Ha: p > po
Ho:
p >= po dan Ha: p < po
p = proporsi pada sampel
po = proporsi pada populasi
Perhitungan Nilai p secara Manual (Bisma Murti, 1986):
Dua Sisi
Jika p ≤ po, maka:
p = proporsi pada sampel
po = proporsi pada populasi
Perhitungan Nilai p secara Manual (Bisma Murti, 1986):
Dua Sisi
Jika p ≤ po, maka:
Jika p> po, maka:
Satu Sisi :
Jika Ho: p ≥ po dan Ha: p < po, maka:
Jika Ho: p ≤ po dan Ha: p > po, maka :
Kriteria Pengambilan Keputusan:
Untuk Uji Dua sisi:
Bila Exact Sig. (2-tailed) < α/2 maka Ho ditolak
Exact Sig. (2-tailed) > α/2 maka Ho gagal ditolak
Untuk Uji Satu sisi:
Bila Exact Sig. (2-tailed) < α maka Ho ditolak
Exact Sig. (2-tailed) > α maka Ho gagal ditolak
Untuk Uji Dua sisi:
Bila Exact Sig. (2-tailed) < α/2 maka Ho ditolak
Exact Sig. (2-tailed) > α/2 maka Ho gagal ditolak
Untuk Uji Satu sisi:
Bila Exact Sig. (2-tailed) < α maka Ho ditolak
Exact Sig. (2-tailed) > α maka Ho gagal ditolak
Contoh :
Berdasarkan data biro perjalanan PT Mandala Wisata
air, yang khusus menangani perjalanan wisata turis manca negara, 20% dari turis
menyatakan sangat puas berkunjung ke Indonesia, 40% menyatakan puas, 25%
menyatakan biasa saja dan sisanya menyatakan kurang puas. Apabila kita bertemu
dengan 5 orang dari peserta wisata turis manca negara yang pernah berkunjung ke
Indonesia, berapakah probabilitas :
a. Paling
banyak 2 di antaranya menyatakan sangat puas.
b. Paling sedikit 1 di
antaranya menyatakan kurang puas
c. Tepat 2 diantaranya
menyatakan biasa saja
d. Ada 2 sampai 4 yang
menyatakan puas
Jawab :
a.X ≤ 2
Lihat tabel dan lakukan penjumlahan sebagai berikut :
b(x; n, p) = b(0; 5, 0.20) + b(1; 5, 0.20) + b(2; 5, 0.20) =
0.32768 + 0.40960 + 0.20480 = 0.94208 atau
b(x=0) = 5C0 (0.20)0 (0.80)5 = 0.32768
b(x=1) = 5C1 (0.20)0 (0.80)4 = 0.40960
b(x=2) = 5C2 (0.20)0 (0.80)3 = 0.20480
+Maka hasil x ≤ 2 adalah = 0.94208
b.X ≥ 1
Lihat tabel dan lakukan penjumlahan sebagai berikut :
b(1; 5, 0.15) + b(2; 5, 0.15) + b(3; 5, 0.15) + b(4; 5, 0.15) + b(5; 5, 0.15) =
0.3915 + 0.1382 + 0.0244 + 0.002 + 0.0001 = 0.5562 atau
b(x ≥1; 5, 0.15) = 1 – b(x = 0)
1 – 5C0 (0.15)0 (0.85)5
1 – 0.4437 = 0.5563
c.X = 2
b(2; 5, 0.25) = 0.2637
d.X ≤ 2 X ≤
4
Lihat tabel dan lakukan penjumlahan sebagai berikut :
b(2; 5, 0.40) + b(3; 5, 0.40) + b(4; 5, 0.40) = 0.3456 + 0.2304 + 0.0768 = 0.6528
Analisis
masing – masing point :
a. Sebanyak
paling banyak 2 dari 5 orang dengan jumlah 0.94208 atau 94,28% yang menyatakan
sangat puas adalah sangat besar.
b.Paling
sedikit 1 dari 5 orang (berarti semuanya) dengan jumlah 0,5563 atau 55,63% yang
menyatakan kurang puas dapat dikatakan cukup besar (karena lebih dari 50%).
c. Tepat 2 dari
5 orang yang menyatakan biasa saja dengan jumlah 0,2637 atau 26,37% adalah
kecil (karena dibawah 50%).
d.
Ada 2 sampai 4 yang menyatakan puas
dengan jumlah 0,6528% atau 65,28% dapat dikatakan cukup besar.
intanlailiyah98.blogspot.com/2013/04/distribusi-binomial-dan-poisson.html
ciri-ciri
1.Ciri pertama
distribusi binomial adalah bila jumlah n tetap dan p kecil maka distribusi yang
dihasilkan akan miring ke kanan dan bila p makin besar maka kemiringan akan
berkurang dan bila p mencapai 0,5 maka distribusi akan menjadi simetris. Bila p
lebih besar dari 0,5, maka distribusi yang dihasilkan akan miring ke kiri.
2.Ciri kedua
nya adalah bila p tetap dengan jumlah n yang makin besar maka akan dihasilkan
distribusi yang mendekati distribusi simetris.
3.Percobaan
diulang sebanyak n kali.
4.Hasil setiap
ulangan dapat dikategorikan ke dalam 2 kelas, misal :
A.
“BERHASIL” atau “GAGAL”;
B.
“YA” atau “TIDAK”;
C.
“SUCCESS” or “FAILED”.
5.Peluang
berhasil / sukses dinyatakan dengan p dan dalam setiap ulangan nilai p tetap.
Peluang gagal dinyatakan dengan q, dimana q = 1-p.
6.Setiap
ulangan bersifat bebas (independen) satu dengan lainnya.
7.Percobaannya
terdiri atas n ulangan (Ronald.E Walpole)
8.Nilai n <
20 dan p > 0.05
E.
Jelaskan
pengertian binomial negatif !!
1.Pengertian
Bila usaha yang saling bebas,
dilakukan berulang kali menghasilkan sukses dengan peluang p sedangkan gagal
dengan peluang q = 1 – p, maka distribusi peluang peubah acak X, yaitu
banyaknya usaha yang berakhir tepat pada sukses ke k, diberikan oleh :
Distribusi Probabilitas Binomial
Negatif
Apabila
dalam sebuah eksprimen binomial negatif dari serangkaian percobaan dimana p adalah
probabilitas sukses dan q=1-p adalah probabilitas gagal dalam setiap percobaan,
maka jika variabel acak x menyatakan banyaknya x gagal sebelum r sukses
tercapai pada eksperimen tersebut, dapat diperoleh distribusi probabilitas
negatif dengan fungsi probabilitasnya :
Jadi,
jumlah percobaan yang harus dilakukan adalah sebanyak
.
Fungsi
distribusi komulatif dari distribusi probabilitas binomial negatif di atas
dapat dinyatakan sebagai :
suatu distribusi binomial negative
dibentuk oleh suatu eksperimn yang memenuhi kondisikondisi berikut :
1.Eksperimen
terdiri dari serangkaian percobaan yang saling bebas.
2.Setiap
percobaan hanya dapat menghasilkan satu dari dua keluaran yang dapat menghasilkan satu sukses atau gagal.
3.Probabilitas
sukses P dan demikian pula , pobabilitas q= 1-p selalu konstan dalam setiap
percobaan.
4.Eksperimen
terus berlanjut sampai sjumlah totao ‘r’ sukses diperoleh di man ‘r’ berupa
bilangan bulat tertentu.
Jadi pada suatu eksperimen binomial
negative , jumlah suksesnya tertentu sedangkan jumlah percobaannya random.
Apabila dalam sebuah eksperimen binomial negative dari serangkaian percobaan
dimana ‘p’ adalah probabilitas sukses dalam q= 1-p adalah probabilitas gagal
dalam setiap percobaan. Maka jika variable acak menyatakan banyak ‘x’ gagal
sebeum ‘r’ sukses tercapai pada eksperimen tersebut.
Jadi jumlah percobaan yang harus
dilakukan adalah sebanyak x+r. fungsi distribusi probabilitas binomial negative
di atas dapat sebagai:
Contoh soal binomial negative:
Disebuah
balai pemeriksaan truk angkutan berat. Catatan yang ada selama ini menunjukakn
bahwa sekitar 45% kendaraan umum angkutan berat yang diperiksa memnuhi
persyaratan kelayakan. Banyak truk angkutan berat yang haus diperiksa agar
diperoleh probabilitas lebih dari 0,95 bahwa 3 truk meenuhi persyaratan
kelayakan dapat ditentukan dengan emnggunakan distribusi binomial negative.
Dalam hal ini p = 0,45 dan r =3, sedangkan x truk yang tidak memenuhi syarat,
dalam persoalan ni hendaknya dicari x sedemikian
rupa sehingga fungsi distribusi kumulatif nya lebih dari 0.95 secara matematk
ini adalah menentukan x dimana :
Fnb (x:3:0,45) =
Pnb ( k:3:0,45)
=
k + 2 (210,45)3(0,55)x>0.95.
Untuk itu table perhitungannya sebagai
berikut:
X
|
Pnb (x:3:0,45)
|
Pnb ( k:3:0,45)
|
1
|
0.0911
|
0,0911
|
2
|
0,1504
|
0,2414
|
3
|
0,1654
|
0,4069
|
4
|
0,1516
|
0,5585
|
5
|
0,1251
|
0,6336
|
6
|
0,0963
|
0,7799
|
7
|
0,0706
|
0,8505
|
8
|
0,0343
|
0,9004
|
9
|
0,0231
|
0,9348
|
10
|
0,0152
|
0,9579
|
Jadi agar probabilitas lebih dari 0,155. Pemeriksaan harus telah
mendapatkan 9 truk yang tidak layal sebelum di peroleh 3 truk yang memenuhi
syarat artinya jumlah truk yang harus
diperiksa adalah x+r = 9 +3 = 12
harinaldi,
2005, prinsip-prinsip statistika untuk teknik dan sains, hal 81-83.
F.
Jelaskan
pengertian permutasi dan Kombinasi !!
Permutasi adalah susunan atau
urutan-urutan yang berbeda satu sama lain yang terbentuk dari sebagian atau
seluruh objek. Rumus permutasi adalah sebagai berikut:
Kombinasi adalah
kumpulan sebagian atau seluruh objek tanpa memperhatikan urutannya. Rumus
kombinasi adalah sebagai berikut:
Perbedaan antara permutasi dankombinasi adalah
perhatian pada pengurutannya, dimana pada permutasi memperhatikan urutan,
sedangkan pada kombinasi tidak memperhatikan urutan. XY dan YX pada permutasi
di hitung 2, sedangkan pada kombinasi hanya dihitung 1.
Contoh soal permutasi:
Lima buah hadiah yang berbeda akan
diberikan kepada 3 orang juara kelas. Namun setiap para juara hanya akan
mendapat masing-masing 1 buah hadiah. Berapakah susunan hadiah yang dapat
dibentuk untuk dapat diberikan kepada ketiga juara tersebut?
Jawab:
Dari soal di atas, kita akan
membuat susunan 3 hadiah dari 5 hadiah, sehingga r= 3 dan n = 5.
Sehingga dengan menggunakan rumus permutasi, diperoleh jumlah susunan yang
dapat dibentuk sebanyak:
Contoh soal kombinasi:
Misalkan dalam suatu tim terdapat 4
orang ahli statistik yang sedang melakukan proyek survey. Dalam proyek survey
tersebut dibutuhkan 2 orang ahli statistik yang untuk sementara ditugaskan
membantu bagian entry data. Dua orang tersebut diambil dari 4 orang ahli
statistik tadi.
Banyaknya cara memilih 2 orang dari
4 orang tersebut dihitung menggunakan rumus kombinasi, dimana
nilai r = 2 dan nilai n = 4.
sumber: http://www.rumusstatistik.com/2012/06/rumus-kombinasi.html
G.
Jelaskan
pengertian anova satu arah , tabel , rumus !!
Analisi ragam satu arah
biasa digunakan untuk menguji rata-rata/ pengaruh perlakuandri suatu percobaan
yang menggunakan satu factor. Dimana satu factor tersebut memiliki 3 atau lebih
level. I sebut satu arah karena peneliti dalam penelitiannya hanya
berkepentingan denag factor saja.
Hipotesis anova satu
arah:
1.Ho
= µ1 = µ2 = µ3=………..µk
Tabel
:
Source of variation
|
BS
|
Df
|
Ms
|
F ratio
|
Between sample
|
ssb
|
k-1
|
Ms =
|
F=
|
Within samples
|
ssw
|
n-k
|
Msw=
|
|
Total
|
Sst = ssb + ssw
|
n-1
|
|
|
v
Dimana:
K :
jumlah populasi
N :
umlah ukuran sampel dari seluruh populasi
Df :
Derajat kebebasan
Sebelum
melihat tabel anova satu arah ada beberapa hal yang perlu kita ketahui yaitu:
Partisi
variansi
SST
= SSB + SSW
Dimana:
SST
= jumlah kuadrat total
SSB
= jumlah kuadrat antara
SSW
= jumlah kuadrat dalam
a. Rumus
mencari SST (jumlah kuadrat total)
Dimana:
SST
= jumlah kuadrat total;
k
= jumlah populasi
ni
= ukuran sampel dari populasi
xij
= pengukuran ke-j dari populasi ke-i
x
= mean keseluruhan
b.Rumus
mencari SSW (jumlah kuadrat dalam)
Dimana:
k
= jumlah populasi
ni
= ukuran sampel dari populasi i
xi
= mean sampel dari populasi i
xij
= pengukuran ke-j dari populasi ke-i
Dimana:
MSW
= rata-rata variansi dalam kelompok
SSW
= jumlah kuadrat dalam
N-k
= derajat bebas dari SSW
c. Rumus
mencari SSB (jumlah kuadrat antara)
Rumus mencari SSB ( Jumlah kuadrat
antara)
Dimana:
K
= jumlah populasi
Ni
= ukuran sampel dari populasi i
Xi
= mean sampel dari populasi i
X
= mean keseluruhan (dari seluruh nilai data)
H.
Jelaskan
pengertian anova 2 arah , tabel , rumus !!
Anova dua arah ini
digunakan bila sumber keragaman yang terjadi tidak hanya karena satu factor.
Factor lain yang mungkin menjadi sumbe keragaman respon juga harus diperhatikan
. factor lain ini bisa berupa perlakuan lain atau factor yang sudah terkondisi
pertimbangan memasukkan factor kedua sebagai sumber keragaman ini perlu bila
factor itu ‘dikelmpokkan (blok) sehingga
keragaman antar kelompok sangat besar . tetapi kecil dalam kelompoknya sendiri
bila disusun dalam bentuk table maka tampilan table anova dua arah adalah:
Statistic
uji yang digunakan adalah F hitung tolak Ho bial F hitung > F total.
·
Total of sum squares (SSt) – jumlah kuadrat
total (jkt).
Merupakan jumlah kuadrat selisih antara skor individual dengan rata-rata totalnya.
Merupakan jumlah kuadrat selisih antara skor individual dengan rata-rata totalnya.
Keterangan:
k = banyaknya kolom
r = Banyaknya baris
n = banyak ulangan
xijm = data pada baris ke-i, kolom ke-j dan ulangan ke-m
T*** = Total (jumlah) seluruh pengamatan
k = banyaknya kolom
r = Banyaknya baris
n = banyak ulangan
xijm = data pada baris ke-i, kolom ke-j dan ulangan ke-m
T*** = Total (jumlah) seluruh pengamatan
·
Sum Square Between column – jumlah kuadrat
kolom (jkk).
Variansi rata-rata kelompok sampel terhadap rata-rata keseluruhannya. Variansi di sini lebih terpengaruh karena adanya perbedaan perlakuan antar kelompok.
Variansi rata-rata kelompok sampel terhadap rata-rata keseluruhannya. Variansi di sini lebih terpengaruh karena adanya perbedaan perlakuan antar kelompok.
Keterangan
T*j* = Total (jumlah)
ulangan pada kolom ke-j
·
Sum Square Between row – jumlah kuadrat baris
(jkb).
Variansi rata-rata kelompok sampel terhadap rata-rata keseluruhannya. Variansi di sini lebih terpengaruh karena adanya perbedaan perlakuan antar kelompok.
Variansi rata-rata kelompok sampel terhadap rata-rata keseluruhannya. Variansi di sini lebih terpengaruh karena adanya perbedaan perlakuan antar kelompok.
Keterangan
Ti** = Total (jumlah)
ulangan pada baris ke-i
·
Interaksi JK[BK]
Variansi rata-rata kelompok interaksi baris dan kolom terhadap rata-rata keseluruhannya. Variansi di sini lebih terpengaruh karena adanya perbedaan perlakuan antar kelompok.
Variansi rata-rata kelompok interaksi baris dan kolom terhadap rata-rata keseluruhannya. Variansi di sini lebih terpengaruh karena adanya perbedaan perlakuan antar kelompok.
·
Sum Square within(SSw) – jumlah kuadrat galat
(jkg).
Variansi yang ada dalam masing-masing kelompok. Banyaknya variansi akan tergantung pada banyaknya kelompok, dan variansi di sini tidak terpengaruh / tergantung oleh perbedaan perlakuan antar kelompok.
Variansi yang ada dalam masing-masing kelompok. Banyaknya variansi akan tergantung pada banyaknya kelompok, dan variansi di sini tidak terpengaruh / tergantung oleh perbedaan perlakuan antar kelompok.
JKG = JKT -
JKK-JKB-JK[BK]
I. Jelaskan uji hipotesis , jenis eka arah , dwi arah + prosedur !!
-
(sumber:
meilanynonsi.upy.ac.id/files/statpark/inferensia.pdf)
Uji Hipotesis adalah
metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari analisis data, baik dari
percobaan yang terkontrol, maupun dari observasi (tidak
terkontrol).
Keputusan
dari uji hipotesis hampir selalu dibuat berdasarkan pengujian hipotesis nol. Ini adalah
pengujian untuk menjawab pertanyaan yang mengasumsikan hipotesis nol adalah
benar.[2]
1.Berdasarkan
Arah atau Bentuk Formulasi Hipotesisnya
Didasarkan
atas arah atau bentuk formulasi hipotesisnya, pengujian hipotesis dibedakan
atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Pengujian
hipotesis dua pihak (two tail test)
Pengujian
hipotesis dimana hipotesis nol (H0) berbunyi “sama dengan” dan hipotesis
alternatifnya (H1) berbunyi “tidak sama dengan” (H0 = dan H1 ≠).
b.Pengujian
hipotesis pihak kiri atau sisi kiri
Pengujian
hipotesis dimana hipotesis nol (H0) berbunyi “sama dengan” atau “lebih besar
atau sama dengan” dan alternatifnya (H1) berbunyi “lebih kecil” atau “lebih
kecil atau sama dengan” (H0 = atau H0 dan H1 atau
H1 ). Kalimat “lebih kecil” atau “sama dengan” sinonim dengan kata
“paling sedikit” atau “paling kecil”.
c. Pengujian
hipotesis pihak kanan atau arah kanan
Pengujian
hipotesis dimana hipotesis nol (H0) berbunyi “sama dengan” atau “lebih kecil
atau sama dengan” dan alternatifnya (H1) berbunyi “lebih besar” atau “lebih
besar atau sama dengan” (H0 = atau H0 dan H1 atau
H1 ).Kalimat “lebih besar” atau “sama dengan” sinonim dengan kata “paling
banyak” atau “paling besar”.
Langkah-langkah atau prosedur yang
dipergunakan dalam menyelesaikan pengujian hipotesis tersebut. Berikut adalah
langkah langkah pengujian hipotesis, yaitu:
1.Menentukan
Formulasi hipotesis
Dalam
langkah ini, formulasi hipotesis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Hipotesis
nol atau hipotesis nihil ( nullhypotheses)
Disimbolkan H0 merupakan
hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang akan diuji. Disebut
hipotesis nol karena hipotesis tersebut tidak memiliki perbedaan atau
perbedaanya nol dengan hipotesis sebenarnya.
b.Hipotesis
Alternatif atau Hipotesis Tandingan
Disimbolkan H1 atau Ha,
merupakan hipotesis yang dirumuskan sebagai lawan atau tandingan dari hipotesis
nol. Dalam penyusunan hipotesis ini, akan timbul tiga keadaan , yaitu :
1)
Hipotesis mengandung
pengertian sama. Pengujian ini disebut pengujian dua sisi atau pengujian dua
arah, yaitu pengujian sisi atau arah kanan dan kiri.
2)
Hipotesis mengandung
pengertian maksimum. Pengujian ini disebut satu sisi atau satu arah, yaitu
pengujian sisi atau arah kanan.
3)
Hipotesis mengandung
pengertian minimum. Pengujian ini disebut satu sisi atau arah, yaitu pengujian
sisi atau arah kanan.
Apabila hipotesis nol tidak ditolak
(benar) maka hipotesis alternative ditolak, demikian pula sebaliknya.
2.Menentukan
Taraf Nyata (Significant Level)
Taraf
nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil hipotesis
terhadap nilai parameter populasinya. Taraf nyata dilambangkan
dengan α (alpha). Besarnya nilai αbergantung pada keberanian
pembuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya kesalahan yang akan
ditolerir. Besarnya kesalahan tersebut disebut sebagai daerah kritis pengujian
(critical region of a test) atau daerah penolakan (region og rejection).
3.Menentukan
Nilai Uji Statistik
Uji
statistika merupakan rumus rumus yang berhubungan dengan distribusi tertentu
dalam pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan untuk menduga
parameter data sampel yang diambil secara random dari sebuah populasi.
4.Menentukan
Kriteria Pengujian (diterima atau ditolak)
Kriteria
pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau menolak
hipotesis nol (H0)dengan cara membandngkan nilai α tabel
distribusinya (nilai kritis) dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan
dengan bentuk pengujiannya.
5.Membuat
Kesimpulan
Pembuatan
kesimpulan merupakan penetapan keputusan dalam penerimaan atau penolakan
hipotesis nol(H0), sesuai dengan kriteria pengujiannya. Pembuatan kesimpulan
dilakukan setelah membandingkan nilai uji statistik dengan
nilai α tabel atau nilai kritis.
Sumber:http://ismuhagayo.blogspot.com/2013/03/prosedur-pengujian-hipotesis.html
J.Pengertian daerah krisis dan prosedurnya
!!
Daerah penolakan
(daerah kritis) adalah bagian dari daerah distribusi sampling yang dianggap
tidak mungkin memuat suatu statistik sampel jika hipotesis nol (Ho)
benar,sedangkan daerah setelahnya disebut sebagai daerah penerimaan.Daerah
penolakan dari distribusi sampling dinyatakan dalam satuan standar, misalnya
dalam hipotesis mengetahui mean populasi. Jika perbedaan antar mean sampel Z
dengan mean populasi yang diasumsikan dalam hipotesis nol Ho, memiliki nilai
yang berbeda didalam daerah penolakan (disebut juga memiliki perbedaan yang
berarti/significant difference)maka hipotesis nol (Ho) ditolak.
sumber :
Books,google.com/books 1960 = 9790159897
Berikut adalah
cara untuk menentukan daerah kritis (daerah penolakan hipotesis), yaitu :
1.Jika
H1 mempunyai perumusan tidak
sama, maka dalam distribusi yang digunakan, normal untuk angka z, Student
untuk t, dan seterusnya, didapat dua daerah kritis masing-masing pada
ujung-ujung distribusi. Luas daerah kritis atau daerah penolakan pada tiap
ujung adalah ½a. Karena adanya dua daerah penolakan
ini, maka pengujian hipotesis dinamakan uji
dua pihak.
Gambar di atas memperlihatkan
sketsa distribusi yang digunakan disertai daerah-daerah penerimaan dan
penolakan hipotesis. Kedua daerah ini dibatasi oleh d1 dan d2
yang harganya didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan
menggunakan peluang yang ditentukan oleh a.
Kriteria yang didapat adalah: terima hipotesis Ho jika harga
statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian jatuh antara d1
dan d2, dalam hal lainnya Ho ditolak.
2.Untuk
H1 yang mempunyai perumusan lebih besar, maka dalam distribusi yang
digunakan didapat sebuah daerah kritis yang letaknya di ujung sebelah kanan.
Luas daerah kritis atau daerah penolakan ini sama dengan a.
Harga d, didapat dari daftar
distribusi yang bersangkutan dengan peluang yang ditentukan oleh a,
menjadi batas antara daerah kritis dan daerah penerimaan Ho.
Kriteria yang dipakai adalah: tolak Ho jika statistik yang dihitung
berdasarkan sampel tidak kurang dari d. Dalam hal lainnya kita terima Ho.
Pengujian ini dinamakan uji satu pihak,
tepatnya pihak kanan.
3.Akhirnya,
jika tandingan H1 mengndung pernyataan lebih kecil, maka daerah kritis ada di ujung kiri dari distribusi
yang digunakan. Luas daerah ini = a
yang menjadi batas daerah penerimaan Ho oleh bilangan d yang didapat
dari daftar distribusi yang bersangkutan. Peluang untuk mendapatkan d
ditentukan oleh taraf nyata a.
Kriteria yang
digunakan adalah: terima Ho jika statistik yang dihitung berdasarkan
penelitian lebih besar dari d sedangkan dalam hal lainnya Ho kita
tolak. Dengan demikian, dalam hal ini kita mempunyai uji satu pihak, ialah pihak kiri.
Sumber:Aguestono.files.wordpress.com/2011/11/materi-pengujian-hipotesis-1.doc
K.
Contoh
soal uji – F + tabelnya !!
Seorang
peneliti ingin mengetahui pengaruh dari tinggi badan terhadap berat badan.
Untuk kebutuhan penelitian tersebut diambil sampel secara acak sebanyak 10
orang untuk diteliti. Hasil pengumpulan data diketahui data sebagai berikut :
1.Hitunglah nilai a dan b untuk
persamaan regersi linier sederhana
2.Jika hipotesis penelitian menyatakan
bahwa “tinggi badan seseorang berpengaruh terhadap berat badan seseorang”,
ujilah hipotesis tersebut dengan menggunakan Uji T dan Uji F (tingkat keyakinan
sebesar 95%)
3.Hitunglah nilai r dan koefisien
determinasi
4.Bagaimana kesimpulannya.
Jawab :
Hipotesis
penelitian : Tinggi Badan berpengaruh terhadap Berat Badan Seseorang (karena
hanya dikatakan berpengaruh maka menggunakan uji dua arah).
Jika Y : Berat Badan Seseorang dan X : Tinggi Badan Seseorang, maka untuk mendapatkan nilai a dan b untuk persamaan regersi linier sederhana :
Jika Y : Berat Badan Seseorang dan X : Tinggi Badan Seseorang, maka untuk mendapatkan nilai a dan b untuk persamaan regersi linier sederhana :
Berdasarkan
hasil pengolahan data tersebut di atas maka dapat dibuat persamaan regresi
linier sederhana : Y = - 73,72041 + 0,819657 X
Untuk
menguji hipotesis secara parsial digunakan Uji T, yaitu :
·
Hipotesis Statistik adalah Ho : b = 0 dan Ha : b ≠ 0
(disebut uji dua arah)
·
Nilai T hitung adalah : b/Sb = 0,819657/0,05525673 =
14,833613932638 = 14,834
·
Nilai T tabel dengan df : 10 – 2 = 8 dan ½ α = 2,5% (uji dua
arah) sebesar ± 2,306
·
Karena nilai T hitung lebih besar dari pada T tabel atau
14,834 > 2,306 maka Ho ditolak, Ha diterima dan hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa Tinggi Badan berpengaruh terhadap Berat Badan Seseorang adalah
dapat diterima (dapat dikatakan signifikan secara statistik).
· Sedangkan untuk menguji secara
serempak digunakan Uji F, yaitu diperoleh F hitung = 31.874,98 dan Untuk nilai
F tabel dengan df : k - 1 ; n – k = 1 ; 8 dan α : 5% sebesar 5,32. Karena nilai
F hitung lebih besar dari F tabel atau 31.874,98 > 5,32 maka Ho ditolak, Ha
diterima dan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Tinggi Badan
berpengaruh terhadap Berat Badan Seseorang adalah dapat diterima.
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis, baik Uji T maupun Uji F, diketahui bahwa Variabel
Tinggi Badan Seserorang berpengaruh terhadap Variabel Berat Badan Seseorang dan
pengaruhnya bersifat positif (nilai koefisien regresinya sebesar 0,819657),
artinya jika seseorang mempunyai tinggi badan semakin tinggi maka akan
meningkatkan berat badannya (dan sebaliknya). Berdasarkan nilai koefisien
regresi tersebut dapat diketahui bahwa jika tinggi badan meningkat sebesar 10%
maka berat badan akan meningkat 8,2%.
Sedangkan berdasarkan nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi diketahui bahwa variabel independen (Tinggi Badan) mempunyai hubungan yang kuat dan mempunyai sumbangan yang cukup besar terhadap variabel dependen (Berat Badan).
Sedangkan berdasarkan nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi diketahui bahwa variabel independen (Tinggi Badan) mempunyai hubungan yang kuat dan mempunyai sumbangan yang cukup besar terhadap variabel dependen (Berat Badan).
L.
Contoh
soal Uji – T + tabelnya !!
Contoh
soal (menggunakan tabel t)
Misalnya
kita punya persamaan regresi yang memperlihatkan pengaruh pendidikan (X1)
dan umur (X2) terhadap pendapatan (Y). Jumlah observasi (responden) yang kita
gunakan untuk membentuk persamaan ini sebanyak 10 responden (jumlah sampel yang
sedikit ini hanya untuk penyederhanaan saja). Pengujian hipotesis dengan
α = 5%. Sedangkan derajat bebas pengujian adalah n – k = 10 – 3 = 7.
Jawab:
Hipotesis
pertama: Pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan. Pengujian dengan α
= 5 %.
Hipotesis
kedua: Umur berpengaruh terhadap pendapatan. Pengujian juga dengan α = 5
%.
Untuk
hipotesis pertama, karena uji satu arah, maka lihat pada kolom ke empat tabel
diatas, sedangkan df nya lihat pada angka tujuh. Nilai tabel t = 1,895. Untuk
hipotesis kedua, karena uji dua arah, maka lihat kolom ke lima pada tabel,
dengan df = 7 maka nilai tabel t = 2,365
Tabel T
d.f.
|
TINGKAT SIGNIFIKANSI
|
||||||
dua
sisi
|
20%
|
10%
|
5%
|
2%
|
1%
|
0,2%
|
0,1%
|
satu
sisi
|
10%
|
5%
|
2,5%
|
1%
|
0,5%
|
0,1%
|
0,05%
|
1
|
3,078
|
6,314
|
12,706
|
31,821
|
63,657
|
318,309
|
636,619
|
2
|
1,886
|
2,920
|
4,303
|
6,965
|
9,925
|
22,327
|
31,599
|
3
|
1,638
|
2,353
|
3,182
|
4,541
|
5,841
|
10,215
|
12,924
|
4
|
1,533
|
2,132
|
2,776
|
3,747
|
4,604
|
7,173
|
8,610
|
5
|
1,476
|
2,015
|
2,571
|
3,365
|
4,032
|
5,893
|
6,869
|
6
|
1,440
|
1,943
|
2,447
|
3,143
|
3,707
|
5,208
|
5,959
|
7
|
1,415
|
1,895
|
2,365
|
2,998
|
3,499
|
4,785
|
5,408
|
8
|
1,397
|
1,860
|
2,306
|
2,896
|
3,355
|
4,501
|
5,041
|
9
|
1,383
|
1,833
|
2,262
|
2,821
|
3,250
|
4,297
|
4,781
|
10
|
1,372
|
1,812
|
2,228
|
2,764
|
3,169
|
4,144
|
4,587
|
11
|
1,363
|
1,796
|
2,201
|
2,718
|
3,106
|
4,025
|
4,437
|
12
|
1,356
|
1,782
|
2,179
|
2,681
|
3,055
|
3,930
|
4,318
|
13
|
1,350
|
1,771
|
2,160
|
2,650
|
3,012
|
3,852
|
4,221
|
14
|
1,345
|
1,761
|
2,145
|
2,624
|
2,977
|
3,787
|
4,140
|
15
|
1,341
|
1,753
|
2,131
|
2,602
|
2,947
|
3,733
|
4,073
|
16
|
1,337
|
1,746
|
2,120
|
2,583
|
2,921
|
3,686
|
4,015
|
17
|
1,333
|
1,740
|
2,110
|
2,567
|
2,898
|
3,646
|
3,965
|
18
|
1,330
|
1,734
|
2,101
|
2,552
|
2,878
|
3,610
|
3,922
|
19
|
1,328
|
1,729
|
2,093
|
2,539
|
2,861
|
3,579
|
3,883
|
20
|
1,325
|
1,725
|
2,086
|
2,528
|
2,845
|
3,552
|
3,850
|
M.
Contoh
soal Anova (berbeda tiap orang )!
N.
Contoh
soal Uji hipotesis (berbeda tiap orang)
Contoh Soal 1 :
Sebuah toko buku setiap harinya dapat menjual buku sebagai berikut :
68, 74, 74, 72, 72, 66, 74, 72, 80, 66, 64, 40, 76, 76, 90
Jika dipakai α = 5%, dapatkah diyakini bahwa toko buku tersebut dapat menjual di atas 60 buku setiap harinya?
Jawab :
n = 15
S² = [∑X²/(n-1)] - [(∑X)²/(n(n-1))] = [ 77.064/14 ] - [(1.064)²/(15x140] = 113,6381
S = 10,66
Rata-rata (X) = 70,93
Rumusan Hipotesis: ( Hipotesis satu arah, sisi kanan )
Ho : μ = μo
H1 : μ > μo
Nilai statistik t 0,05, 14 = 1,761
Sebuah toko buku setiap harinya dapat menjual buku sebagai berikut :
68, 74, 74, 72, 72, 66, 74, 72, 80, 66, 64, 40, 76, 76, 90
Jika dipakai α = 5%, dapatkah diyakini bahwa toko buku tersebut dapat menjual di atas 60 buku setiap harinya?
Jawab :
n = 15
S² = [∑X²/(n-1)] - [(∑X)²/(n(n-1))] = [ 77.064/14 ] - [(1.064)²/(15x140] = 113,6381
S = 10,66
Rata-rata (X) = 70,93
Rumusan Hipotesis: ( Hipotesis satu arah, sisi kanan )
Ho : μ = μo
H1 : μ > μo
Nilai statistik t 0,05, 14 = 1,761
Uji Statistik :
to = (X-μ) / (s/√n( = ( 70,93 - 60 )/ ( 10,66 / √ 15 ) = 3,972
Nilai to = 3,972 > t 0,05, 14 = 1,761
Jadi : tolak Ho atau terima H1.
Kesimpulan : dapat diyakini bahwa toko buku tersebut dapat menjual di atas 60 buah buku setiap harinya.
to = (X-μ) / (s/√n( = ( 70,93 - 60 )/ ( 10,66 / √ 15 ) = 3,972
Nilai to = 3,972 > t 0,05, 14 = 1,761
Jadi : tolak Ho atau terima H1.
Kesimpulan : dapat diyakini bahwa toko buku tersebut dapat menjual di atas 60 buah buku setiap harinya.
Contoh
soal 2
Suatu sampel acakberukuran n = 25 diambil dari
populasi normal dengan simpangan baku s1
= 5,2 mempunyai rata-rata
. Sampel kedua berukuran m = 36 diambil dari populasi
yang lain dengan simpangan baku s1
= 3,4 mempunyai rata-rata
. Uji
hipotesis H0: μ1-μ2 = 0 dan Ha: μ1-μ2 > 0 dengan taraf signifikansi 0,05.
Jawab.
Daerah kritis
=
0,05 = 1,645
Perhitungan :
Kesimpulan :
Karena z = 4,22 >
0,05 = 1,645, maka H0 ditolak, yang berarti
rata-rata populasi pertama lebih besar daripada rata-rata populasi kedua.
Contoh
soal 3
Suatu perkuliahan statistika diberikan pada pada dua
kelas. Kelas pertama diikuti 12 mahasiswa dengan pembelajaran kooperatif dan kelas lain diikuti 10 mahasiswa dengan
pembelajaran konvensional. Pada akhir semester mahasiswa diberi ujian dengan
soal yang sama untuk kedua kelas. Hasil ujian pada kelas kooperatif mencapai
nilai rata-rata 85 dengan simpangan baku 4, sedang kelas biasa memperoleh nilai
rata-rata 81 dengan simpangan baku 5.
Ujilah hipotesis bahwa hasil pembelajaran dengan kedua
metode adalah sama dengan menggunakan taraf signifikansi 10 %. Asumsikan kedua
populasi berdistribusi normal dengan variansi sama.
Jawab.
Diketahui
, S1
= 4, n = 12;
, S2
= 5, m = 10
Hipotesis
H0: μ1-μ2
= 0
Ha: μ1-μ2
0
Daerah kritis :
Perhitungan
Kesimpulan:
Karena t = 2,07 > 1,725, maka H0 ditolak
pada taraf signifikansi 10 %. Ini berarti bahwa kedua
pembelajaran memberikan hasil pembelajaran yang tidak sama.(rata-rata hasil
pembelajaran kedua metode tidak sama)
Comments
Post a Comment